Kegiatan
Komite Medik RSKO Jakarta.
Hari Rabu Tangal
22/September/2021 merupakan hari yang cukup padat dalam kalender kegiatan
Komite Medik RSKO Jakarta, acara rabu ilmiah kali ini terasa berbeda karena ada
beberapa acara yang berdampingan dengan acara rutin. Kegiatan hari ini dimulai
jam 11.00 WIB dibuka dengan paparan tentang Ganguan Bipolar yang
dipresentasikan oleh dr Erie Dharma Irawan, SpKJ, MARS, dimoderatori oleh dr
Angelia Humbuwun, MARS dan diikuti oleh seluruh dokter yang bertugas di RSKO
Jakarta baik lewat luring maupun daring, kegiatan bertempat di ruang komite
medik lantai 3 gedung utama RSKO Jakarta. Acara ini disponsori oleh farmasi
SOHO (Soroquin) berupa jamuan makan siang. Rabu ilmiah merupakan acara rutin
yang dilakukan komite medik sebagai media silahturahmi dan pemicu penyegaran kembali
bagi staf medis dokter RSKO Jakarta baik dokter spesialis, dokter umum dan
dokter gigi dijajaran fungsional medik maupun struktural.
Dalam paparan
mengenai Gangguan Bipolar dr Erie Dharma
Irawan, SpKJ, MARS, sebagai dokter ahli
di bidang Psikiatri mengingatkan pentingnya untuk dapat memahami bahwa Gangguan
Bipolar kerap berkomorbid dengan penggunaan Napza, baik sebagai konsekuensi
penggunaan Napza maupun sebagai preexisting
condition (kondisi yang sudah ada sebelum menggunakan Napza). Penderita
Gangguan Bipolar sendiri berisiko untuk menyalahgunakan napza dikarenakan
hendaya perilaku akibat suasana perasaan yang labil, seperti siklus manik,
hipomanik dan depresi, ketidakstabilan suasana perasaan pada Gangguan Bipolar
merupakan target simptom bagi dokter dalam memilih terapi psikofarmaka,
membangun insight klien terhadap penyakitnya
dan secara aktif membangun kemitraan dengan klien dalam perencanaan pemulihan
dari Bipolar dengan atau tanpa Penyalahgunaan Napza. Lebih jauh dalam pemaparan
disebutkan berbagai protokol terapi dan salah satu protokol terapi yang cocok
untuk setiap siklus dari gangguan Bipolar adalah Serequel yang salah contohnya
adalah Soroquin.
<!--[if gte vml 1]><!--[endif]-->
<!--[if gte vml 1]><!--[endif]-->
Dokumentasi oleh Dody
dari PT.Soho
Setelah acara Rabu
Ilmiah berakhir moderator pun kemudian membuka acara selanjutnya yaitu acara
pengantar Purna Bakti kepada salah satu teman sejawat yang akan pensiun dibulan
Oktober yaitu dr Cut Minora yang telah bergabung menjadi keluarga besar RSKO
Jakarta sejak tahun 2011. Acara dimulai seiring dengan kehadiran PLT Dirut RSKO
Jakarta dr R. Soeko W Nindito D, MARS, Direktur Medik dan Keperawatan drg Rita
Monzona, MARS, Direktur Umum dan BMN, Ibu Deni Teteng, SE, MM, di ruang Komite
Medik. Acara yang dikemas padat dan singkat menjadi momen yang meharukan bagi
dr Cut dan sejawat yang lain, diawali kata sambutan dari Ketua Komite Medik dr Erie
Dharma Irawan, SpKJ, MARS, dilanjutkan dengan tayangan singkat foto-foto lawas
kebersamaan dengan dr Cut, yang diiringi tembang ‘Sampai Jumpa’ Grup Band
Endank Soekamti membuat suasana semakin mengharu biru. Kesempatan selanjutnya
adalah kesan dan pesan dari dr Cut berupa ungkapkan perasaan terima kasih dan
merasa berbangga hati telah menjadi bagian dari keluarga besar RSKO Jakarta
didalam suka dan dukanya, tak lupa memohon maaf apabila ada hal yang mungkin
kurang berkenan selama menjalankan tugas bersama teman-teman sejawat selama
ini.
<!--[if gte vml 1]><!--[endif]-->
Dokumentasi oleh dr Imelda
Indriyani, SpKJ(K)
<!--[if gte vml 1]><!--[endif]-->
Dokumentasi oleh drg Dewi
Acara selanjutnya adalah tatap
muka dengan PLT Dirut RSKO Jakarta, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan acara
rapat dimulai dengan kata pembuka sebagai pemicu bagi diskusi yang merupakan
arahan dari Menkes kepada seluruh RS vertikal milik Kemenkes agar Rumah Sakit
vertikal mampu bersaing dengan RS lainnya di wilayah Asia Tenggara, begitu juga
dengan RSKO Jakarta sebagai RS Khusus Ketergantungan Obat diharapkan dapat
membentuk Jejaring nasional dan internasional, menjadi pengampu layanan adiksi/
napza seluruh Indonesia, dan dapat menggiatkan penelitian di bidang layanan
terapi adiksi.
Materi pemicu diskusi dari Dirut
kemudian membuka perbicangan yang cukup hangat mengenai kondisi saat ini dimana
dimasa Pandemi RSKO Jakarta juga melayani pasien Covid 19 yang saat ini angka
kejadiannya cukup signifikan menurun mengakibatkan layanan ini sepi klien,
begitu juga dengan RSKO Jakarta belum kunjung juga berhasil menjalin kerjasama
kembali dengan BPJS sehingga layanan rawat jalan spesialis masih tergolong sepi
pengunjung. Perbedaan tipe layanan RS untuk psikiatri dan spesialis lainnya
juga akan mempengaruhi proses rujukan apabila kerjasama dapat segera terjalin
dengan BPJS, saat ini pemanfaatan pembiayaan lewat IPWL dari kemenkes untuk
rehabilitasi Napza juga hanya diberikan kepada untuk para penerima bantuan
iuran (PBI) sehingga semakin sulit mengakses Rehabilitasi napza di RSKO Jakarta
tanpa bantuan biaya dari pemerintah.
Begitu banyak bukti penelitian
menyatakan Gangguan mental perilaku akibat penggunaan napza adalah Brain disease tetapi stigma yang masih
sangat kental mengenai kondisi ini, merupakan masalah sosial dan akibat dari
perbuatan yang disengaja, sehingga tidak patut mendapatkan bantuan jaminan
kesehatan membuat RSKO Jakarta semakin sulit menggunakan BPJS sebagai pembiayaan
layanan pendamping terkait masalah penyalahgunaan napza, terlebih lagi kemungkinan
dalam pembiayaan layanan unggulannya. Tantangan ini perlu mendapatkan pemikiran
yang serius karena berkaitan dengan pendapatan Rumah Sakit sehingga penting
untuk mengusahakan terpenuhinya berbagai persyaratan kerjasama dengan BPJS,
begitu juga sangat krusial untuk terus memperjuangkan gagasan bahwa masalah
Adiksi adalah masalah kesehatan global yang harus mendapatkan perhatian serius
dari pemerintah secara khusus Kemenkes RI
melalui berbagai cara baik melalui berbagai penelitian, kajian, dan dokumentasi sebagai justifikasi dari gagasan tersebut.
Sebagai RS Khusus RSKO Jakarta
juga segera harus berbenah diri sebagai organisasi yang memiliki tujuan,
rencana dan strategi. Penting untuk merefleksikan kondisi saat ini apakah masih
berada dalam arah pengembangan demi pencapaian tujuan menjadi Pusat Adiksi di
Indonesia pada tahun 2023, masih relevankah tujuan ini dalam menjawab tantangan
ke depan atau tujuan ini dapat kembali dikaji dan ditajamkan dalam sebuah
konsep yang dapat segera menjadi panduan teknis pelaksanaan pelayanan.
Pangkajian ini sebaiknya melibat unsur-unsur strategis pelayanan agar dapat
membumi dan mampu laksana. Terlebih lagi tuntutan pengelolaan sumber daya
manusia yang memiliki profesionalisme tinggi, humanis, kompeten, berkualitas,
memiliki kewenangan dan legalitas menjadi tugas utama sebuah organisasi
sekhusus RSKO Jakarta.
Dalam acara ini tampak benar
pembahasan yang diangkat datang dari keprihatinan bersama para dokter ahli utama,
konsultan adiksi, komite etik dan hukum, yang banyak terlibat lintas sektoral
serta lintas institusi yang secara jelas melihat dan mengalami adanya perubahan
iklim penanganan korban penyalahgunaan napza di Indonesia. RSKO Jakarta
meskipun menjadi rujukan utama gangguan penyalahgunaan napza, tetapi jelas
terlihat bukan menjadi salah satu pemeran utama dalam penanggulangan masalah
tersebut.
<!--[if gte vml 1]><!--[endif]-->
Dokumentasi oleh dr Indiarta
S, MKM
Akhir dari acara diskusipun
ditutup dengan pesan bahwa solusi kedepan harus diperjuangkan bersama, digalang
oleh para pemimpin dan dimulai dari setiap staf medis. Menerka dari pesan
penutup sudah dipastikan akan ada pembahasan lanjutan semoga dapat segera
terealisasi. Komite Medik RSKO Jakarta tetap akan berperan aktif dan
meningkatkan budaya organisasi dan kerjasama antar staf medis agar terwujud
tatakelola klinis yang baik dan turut menjembatani komunikasi antara staf medis
dengan jajaran Struktural/Direksi.
Penulis: dr Herny
Taruli Tambunan, MKed, SpKJ
Share This News