Customer Service RSKO Pada Hari Kerja Jam 7.30 sd 16.00 WIB : 0813-1871-8880 (Whatsapp)
News Photo

Kegiatan Komite Medik RSKO Jakarta.

Kegiatan Komite Medik RSKO Jakarta.

Hari Rabu Tangal 22/September/2021 merupakan hari yang cukup padat dalam kalender kegiatan Komite Medik RSKO Jakarta, acara rabu ilmiah kali ini terasa berbeda karena ada beberapa acara yang berdampingan dengan acara rutin. Kegiatan hari ini dimulai jam 11.00 WIB dibuka dengan paparan tentang Ganguan Bipolar yang dipresentasikan oleh dr Erie Dharma Irawan, SpKJ, MARS, dimoderatori oleh dr Angelia Humbuwun, MARS dan diikuti oleh seluruh dokter yang bertugas di RSKO Jakarta baik lewat luring maupun daring, kegiatan bertempat di ruang komite medik lantai 3 gedung utama RSKO Jakarta. Acara ini disponsori oleh farmasi SOHO (Soroquin) berupa jamuan makan siang. Rabu ilmiah merupakan acara rutin yang dilakukan komite medik sebagai media silahturahmi dan pemicu penyegaran kembali bagi staf medis dokter RSKO Jakarta baik dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi dijajaran fungsional medik maupun struktural.

Dalam paparan mengenai  Gangguan Bipolar dr Erie Dharma Irawan, SpKJ, MARS, sebagai  dokter ahli di bidang Psikiatri mengingatkan pentingnya untuk dapat memahami bahwa Gangguan Bipolar kerap berkomorbid dengan penggunaan Napza, baik sebagai konsekuensi penggunaan Napza maupun sebagai preexisting condition (kondisi yang sudah ada sebelum menggunakan Napza). Penderita Gangguan Bipolar sendiri berisiko untuk menyalahgunakan napza dikarenakan hendaya perilaku akibat suasana perasaan yang labil, seperti siklus manik, hipomanik dan depresi, ketidakstabilan suasana perasaan pada Gangguan Bipolar merupakan target simptom bagi dokter dalam memilih terapi psikofarmaka, membangun insight klien terhadap penyakitnya dan secara aktif membangun kemitraan dengan klien dalam perencanaan pemulihan dari Bipolar dengan atau tanpa Penyalahgunaan Napza. Lebih jauh dalam pemaparan disebutkan berbagai protokol terapi dan salah satu protokol terapi yang cocok untuk setiap siklus dari gangguan Bipolar adalah Serequel yang salah contohnya adalah Soroquin.


<!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]-->

<!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]-->

Dokumentasi oleh Dody dari PT.Soho


Setelah acara Rabu Ilmiah berakhir moderator pun kemudian membuka acara selanjutnya yaitu acara pengantar Purna Bakti kepada salah satu teman sejawat yang akan pensiun dibulan Oktober yaitu dr Cut Minora yang telah bergabung menjadi keluarga besar RSKO Jakarta sejak tahun 2011. Acara dimulai seiring dengan kehadiran PLT Dirut RSKO Jakarta dr R. Soeko W Nindito D, MARS, Direktur Medik dan Keperawatan drg Rita Monzona, MARS, Direktur Umum dan BMN, Ibu Deni Teteng, SE, MM, di ruang Komite Medik. Acara yang dikemas padat dan singkat menjadi momen yang meharukan bagi dr Cut dan sejawat yang lain, diawali kata sambutan dari Ketua Komite Medik dr Erie Dharma Irawan, SpKJ, MARS, dilanjutkan dengan tayangan singkat foto-foto lawas kebersamaan dengan dr Cut, yang diiringi tembang ‘Sampai Jumpa’ Grup Band Endank Soekamti membuat suasana semakin mengharu biru. Kesempatan selanjutnya adalah kesan dan pesan dari dr Cut berupa ungkapkan perasaan terima kasih dan merasa berbangga hati telah menjadi bagian dari keluarga besar RSKO Jakarta didalam suka dan dukanya, tak lupa memohon maaf apabila ada hal yang mungkin kurang berkenan selama menjalankan tugas bersama teman-teman sejawat selama ini.

 

<!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]-->

Dokumentasi oleh dr Imelda Indriyani, SpKJ(K)

<!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]-->

Dokumentasi oleh drg Dewi


Acara selanjutnya adalah tatap muka dengan PLT Dirut RSKO Jakarta, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan acara rapat dimulai dengan kata pembuka sebagai pemicu bagi diskusi yang merupakan arahan dari Menkes kepada seluruh RS vertikal milik Kemenkes agar Rumah Sakit vertikal mampu bersaing dengan RS lainnya di wilayah Asia Tenggara, begitu juga dengan RSKO Jakarta sebagai RS Khusus Ketergantungan Obat diharapkan dapat membentuk Jejaring nasional dan internasional, menjadi pengampu layanan adiksi/ napza seluruh Indonesia, dan dapat menggiatkan penelitian di bidang layanan terapi adiksi.

Materi pemicu diskusi dari Dirut kemudian membuka perbicangan yang cukup hangat mengenai kondisi saat ini dimana dimasa Pandemi RSKO Jakarta juga melayani pasien Covid 19 yang saat ini angka kejadiannya cukup signifikan menurun mengakibatkan layanan ini sepi klien, begitu juga dengan RSKO Jakarta belum kunjung juga berhasil menjalin kerjasama kembali dengan BPJS sehingga layanan rawat jalan spesialis masih tergolong sepi pengunjung. Perbedaan tipe layanan RS untuk psikiatri dan spesialis lainnya juga akan mempengaruhi proses rujukan apabila kerjasama dapat segera terjalin dengan BPJS, saat ini pemanfaatan pembiayaan lewat IPWL dari kemenkes untuk rehabilitasi Napza juga hanya diberikan kepada untuk para penerima bantuan iuran (PBI) sehingga semakin sulit mengakses Rehabilitasi napza di RSKO Jakarta tanpa bantuan biaya dari pemerintah.

Begitu banyak bukti penelitian menyatakan Gangguan mental perilaku akibat penggunaan napza adalah Brain disease tetapi stigma yang masih sangat kental mengenai kondisi ini, merupakan masalah sosial dan akibat dari perbuatan yang disengaja, sehingga tidak patut mendapatkan bantuan jaminan kesehatan membuat RSKO Jakarta semakin sulit menggunakan BPJS sebagai pembiayaan layanan pendamping terkait masalah penyalahgunaan napza, terlebih lagi kemungkinan dalam pembiayaan layanan unggulannya. Tantangan ini perlu mendapatkan pemikiran yang serius karena berkaitan dengan pendapatan Rumah Sakit sehingga penting untuk mengusahakan terpenuhinya berbagai persyaratan kerjasama dengan BPJS, begitu juga sangat krusial untuk terus memperjuangkan gagasan bahwa masalah Adiksi adalah masalah kesehatan global yang harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah secara khusus Kemenkes RI  melalui berbagai cara baik melalui berbagai penelitian, kajian,  dan dokumentasi sebagai justifikasi  dari gagasan tersebut.

Sebagai RS Khusus RSKO Jakarta juga segera harus berbenah diri sebagai organisasi yang memiliki tujuan, rencana dan strategi. Penting untuk merefleksikan kondisi saat ini apakah masih berada dalam arah pengembangan demi pencapaian tujuan menjadi Pusat Adiksi di Indonesia pada tahun 2023, masih relevankah tujuan ini dalam menjawab tantangan ke depan atau tujuan ini dapat kembali dikaji dan ditajamkan dalam sebuah konsep yang dapat segera menjadi panduan teknis pelaksanaan pelayanan. Pangkajian ini sebaiknya melibat unsur-unsur strategis pelayanan agar dapat membumi dan mampu laksana. Terlebih lagi tuntutan pengelolaan sumber daya manusia yang memiliki profesionalisme tinggi, humanis, kompeten, berkualitas, memiliki kewenangan dan legalitas menjadi tugas utama sebuah organisasi sekhusus RSKO Jakarta.

Dalam acara ini tampak benar pembahasan yang diangkat datang dari keprihatinan bersama para dokter ahli utama, konsultan adiksi, komite etik dan hukum, yang banyak terlibat lintas sektoral serta lintas institusi yang secara jelas melihat dan mengalami adanya perubahan iklim penanganan korban penyalahgunaan napza di Indonesia. RSKO Jakarta meskipun menjadi rujukan utama gangguan penyalahgunaan napza, tetapi jelas terlihat bukan menjadi salah satu pemeran utama dalam penanggulangan masalah tersebut.

<!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]-->

Dokumentasi oleh dr Indiarta S, MKM

Akhir dari acara diskusipun ditutup dengan pesan bahwa solusi kedepan harus diperjuangkan bersama, digalang oleh para pemimpin dan dimulai dari setiap staf medis. Menerka dari pesan penutup sudah dipastikan akan ada pembahasan lanjutan semoga dapat segera terealisasi. Komite Medik RSKO Jakarta tetap akan berperan aktif dan meningkatkan budaya organisasi dan kerjasama antar staf medis agar terwujud tatakelola klinis yang baik dan turut menjembatani komunikasi antara staf medis dengan jajaran Struktural/Direksi.

Penulis: dr Herny Taruli Tambunan, MKed, SpKJ

Share This News