Judul : Sebab, Gejala dan Bagaimana Mencegah Demam
Berdarah Dengue (DBD)
Penulis : Andri Mastiyanto SKM (Penyuluh Kesehatan
RSKO Jakarta)
<!--[if gte vml 1]><!--[endif]-->
Musim penghujan telah berlalu disusul musim
pancaroba. Namun intensitas hujan masih tinggi baik di pagi hari, sore hari
maupun malam hari.
Potensi terjadinya genangan tempat hidup jentik
nyamuk akan masih ada di kaleng-kaleng, penampungan air, cekungan, dan dimana
saja. Jentik nyamuk ini bisa saja nyamuk Aedes
Aegypti penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus.
Patut diketahui masyarakat bahwa Indonesia merupakan
wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air.
Promkes Kemenkes RI, menjelaskan gejala yang akan
muncul bila seseorang mengalami Penyakit DBD ditandai dengan demam mendadak,
sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan menifestasi perdarahan seperti
mimisan atau gusi berdarah serta adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh
pada penderita.
Pada umumnya penderita DBD (Demam Berdarah Dengue)
akan mengalami fase demam selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari ini penderita
akan merasakan demam yang cukup tinggi 400C.
Kemudian pada fase ke-dua penderita mengalami fase
kritis pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan mengalami turunnya demam
hingga 370C dan penderita akan merasa dapat melakukan aktivitas kembali (merasa
sembuh kembali).
Karena merasa sudah sembuh dan melakukan aktifitas
ini sering kali keluarga kecolongan. Pada fase ini jika tidak mendapatkan
pengobatan yang adekuat dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi penurunan
trombosit secara drastis akibat pemecahan pembuluh darah (pendarahan).
Selanjutnya di fase yang ketiga akan terjadi pada
hari ke 6-7 ini, penderita akan merasakan demam kembali, fase ini dinamakan
fase pemulihan, di fase inilah trombosit akan perlahan naik kembali normal
kembali.
Masyarakat
wajib mewaspadai tanda dan gejala DBD. Bila menemukan atau mencurigai DBD pada
keluarga / kerabat / tetangga, segera lapor ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan data Kemenkes RI, tanggal 30 November
2020 sebanyak 73,35% atau 377 kabupaten/kota sudah mencapai Incident Rate (IR)
kurang dari 49/100.000 penduduk.
Proporsi DBD Per Golongan Umur antara lain < 1> 44 tahun 11,57 %.
Adapun proporsi Kematian DBD Per Golongan Umur
antara lain < 1> 44 tahun 11,11 %.
Saat ini terdapat 5 Kabupaten/Kota dengan kasus DBD
tertinggi, yakni Buleleng 3.313 orang, Badung 2.547 orang, Kota Bandung 2.363,
Sikka 1.786, Gianyar 1.717.
Di
Indonesia kasus DBD menyerang laki-laki sebanyak 53,11?n perempuan sebanyak
46,89%.
Pemerintah
dalam menangani DBD mengupayakan pengendalia
dengan melaksanakan gerakan 1 rumah 1 jumantik di 131 kabupaten/kota,
7.454 koordinator Jumantik, 5.620 supervisor jumantik,dan 1.109 kader jumantik
pelabuhan.
Bila melihat data diatas masyarakat
patut waspada terhadap ancaman penyakit DBD yang disebabkan oleh gigitan nyamuk
Aedes Aegypti ini
Ada baiknya masyarakat secara rutin, berkala, terus
menerus dan tepat sasaran melakukan aksi untuk menerapkan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) 3M Plus.
Adapun M pertama ialah Menguras dengan membersihkan
tempat yang menjadi penampungan air seperti ember, bak mandi, penampungan
dispenser air, toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya.
Cara
membersihkan penampungan air dengan digosok dengan sabun dan air untuk
membersihkan dan menyingkirkan telur nyamuk yang menempel. Patut diperhatikan,
siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering selama 6 bulan.
M
kedua Menutup, jangan melupakan
untuk menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti ember, toren maupun
drum.
Menutup
tidak hanya kegiatan menutup bagian atas tempat penampungan air, tapi juga
mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak berpotensi menjadi tempat
tumbuh jentik dan menjadi sarang nyamuk.
Sedangkan
M yang ketiga adalah Mendaur-ulang limbah barang bekas yang menjadi tempat
perkembangbiakkan nyamuk dan bernilai ekonomis.
3M
ada plusnya, dimana plus-nya adalah dengan bentuk upaya pencegahan tambahan
seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk,
memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, dan gotong royong membersihkan
lingkungan.
Mengingat
telah banyak korban berjatuhan akibat DBD dan saat ini obat untuk membunuh
virus Dengue belum ditemukan. Sedangkan vaksin untuk mencegah DBD masih dalam
tahap ujicoba, maka cara terbaik mencegah DBD dengan melakukan 3M Plus
dilingkungan rumah, kawasan tempat tinggal, pekerjaan, dan lingkungan yang
lebih luas (AM / PKRS).
--
Editorial
: Tim PKRS RSKO Jakarta
Publikasi
: Sub.Bag Hukormas RSKO Jakarta
Share This News