Customer Service RSKO Pada Hari Kerja Jam 7.30 sd 16.00 WIB : 0813-1871-8880 (Whatsapp)
News Photo

Sebab, Gejala dan Bagaimana Mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD)

Judul : Sebab, Gejala dan Bagaimana Mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penulis : Andri Mastiyanto SKM (Penyuluh Kesehatan RSKO Jakarta)

<!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]-->

Musim penghujan telah berlalu disusul musim pancaroba. Namun intensitas hujan masih tinggi baik di pagi hari, sore hari maupun malam hari.

Potensi terjadinya genangan tempat hidup jentik nyamuk akan masih ada di kaleng-kaleng, penampungan air, cekungan, dan dimana saja. Jentik nyamuk ini bisa saja nyamuk Aedes Aegypti penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus.

Patut diketahui masyarakat bahwa Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air.

Promkes Kemenkes RI, menjelaskan gejala yang akan muncul bila seseorang mengalami Penyakit DBD ditandai dengan demam mendadak, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan menifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah serta adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita.

Pada umumnya penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) akan mengalami fase demam selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari ini penderita akan merasakan demam yang cukup tinggi 400C.

Kemudian pada fase ke-dua penderita mengalami fase kritis pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan mengalami turunnya demam hingga 370C dan penderita akan merasa dapat melakukan aktivitas kembali (merasa sembuh kembali).

Karena merasa sudah sembuh dan melakukan aktifitas ini sering kali keluarga kecolongan. Pada fase ini jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi penurunan trombosit secara drastis akibat pemecahan pembuluh darah (pendarahan).

Selanjutnya di fase yang ketiga akan terjadi pada hari ke 6-7 ini, penderita akan merasakan demam kembali, fase ini dinamakan fase pemulihan, di fase inilah trombosit akan perlahan naik kembali normal kembali.

Masyarakat wajib mewaspadai tanda dan gejala DBD. Bila menemukan atau mencurigai DBD pada keluarga / kerabat / tetangga, segera lapor ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Berdasarkan data Kemenkes RI, tanggal 30 November 2020 sebanyak 73,35% atau 377 kabupaten/kota sudah mencapai Incident Rate (IR) kurang dari 49/100.000 penduduk.

Proporsi DBD Per Golongan Umur antara lain < 1> 44 tahun 11,57 %.

Adapun proporsi Kematian DBD Per Golongan Umur antara lain < 1> 44 tahun 11,11 %.

Saat ini terdapat 5 Kabupaten/Kota dengan kasus DBD tertinggi, yakni Buleleng 3.313 orang, Badung 2.547 orang, Kota Bandung 2.363, Sikka 1.786, Gianyar 1.717.

Di Indonesia kasus DBD menyerang laki-laki sebanyak 53,11?n perempuan sebanyak 46,89%.

Pemerintah dalam menangani DBD mengupayakan pengendalia  dengan melaksanakan gerakan 1 rumah 1 jumantik di 131 kabupaten/kota, 7.454 koordinator Jumantik, 5.620 supervisor jumantik,dan 1.109 kader jumantik pelabuhan.

Bila melihat data diatas masyarakat patut waspada terhadap ancaman penyakit DBD yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini

Ada baiknya masyarakat secara rutin, berkala, terus menerus dan tepat sasaran melakukan aksi untuk menerapkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus.

Adapun M pertama ialah Menguras dengan membersihkan tempat yang menjadi penampungan air seperti ember, bak mandi, penampungan dispenser air, toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya.

Cara membersihkan penampungan air dengan digosok dengan sabun dan air untuk membersihkan dan menyingkirkan telur nyamuk yang menempel. Patut diperhatikan, siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering selama 6 bulan.

M kedua Menutup, jangan melupakan untuk menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti ember, toren maupun drum.

Menutup tidak hanya kegiatan menutup bagian atas tempat penampungan air, tapi juga mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak berpotensi menjadi tempat tumbuh jentik dan menjadi sarang nyamuk.

Sedangkan M yang ketiga adalah Mendaur-ulang limbah barang bekas yang menjadi tempat perkembangbiakkan nyamuk dan bernilai ekonomis.

3M ada plusnya, dimana plus-nya adalah dengan bentuk upaya pencegahan tambahan seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, dan gotong royong membersihkan lingkungan.

Mengingat telah banyak korban berjatuhan akibat DBD dan saat ini obat untuk membunuh virus Dengue belum ditemukan. Sedangkan vaksin untuk mencegah DBD masih dalam tahap ujicoba, maka cara terbaik mencegah DBD dengan melakukan 3M Plus dilingkungan rumah, kawasan tempat tinggal, pekerjaan, dan lingkungan yang lebih luas (AM / PKRS).

--

Editorial : Tim PKRS RSKO Jakarta

Publikasi : Sub.Bag Hukormas RSKO Jakarta

Share This News